Home
About Us
Gallery
Realism
Abstract
Figure
Drawing
Art Installation
Anjangsana ke Negeri Takdir
Inisiasi Sukma
Perahu Harapan
Exibition
Ancient Relief 2002
Bali-Jeju 2005
EN-2011
Exeptional Person 2013
Irama Kesadaran 2002
Sensitive
Poetry
Press
TV
Magazine
Newspaper
Video
Contact Us
Sunday , 8 December 2019
You Are Here:
Home
»
homepage
»
17
17
tweet
Poetry
RAGAMAYA
petang yang terlantar
karena bulan tak mendengar
senandung mantra para pertapa
dari surau purba semerbak dupa
meski terkesan samar
akhirnya kutangkap jelaga rupa
serpihan wajah yang ingkar
pada tubuh, darah dan daging
liar, seperti lupa sabda terakhir
adalah ritus tentang siklus lahir
hidup dan kembali pada kematian
berputar dari gelap menuju terang
walau sebaris puisi tak akan dusta
pada kata berikutnya yang murung
ntah, kenapa kau bersuka dinobatkan
di lipatan kembara nista yang terhina?
dan merajam bayangan sendiri
malam terbakar
keserakahan jiwa yang terluka
dan gemuruh dendam tak terseka
oleh kemuliaan tutur semesta
bahwa titah menjelma
bukan karena tapa dan taqwa
tapi karena serpihan kerak dosa
merintang di celah jalan pulang
kaulah sesungguhnya
raga dalam hasrat yang maya
raga dalam raga yang tercabik
dalam ragamaya yang terhinadina
dan...kaulah bayangan tubuh
di antara roh yang cemas
menunggu tarian karma
ZIARAH RAHIM
bagi; ibu
menjemputmu
dengan warna cahaya
menuju selasar sunyi
liang rahim pintu bumi
hulu muasal sungai darah
menjelma selaksa manusia
perempuan baya berpagar angin
menari sendiri diatas persembahan
jelaga api dari rahim kehidupan
nestapa para pertapa di rumah sunyi
hening, heninglah hari ini
hingga surya tenggelam
di perbatasan perut bumi
mengenangmu
lukiskan birahi bening bidadari
riang di surga memintal bunga
ini ziarah rahim, kata para dewa
setelah lepas dari kesangsian
hening, heninglah hari ini
hingga surya tenggelam
dalam lakon ibu manusia
ibu semesta dan ibu pertiwi
2006
LINGGA
[ nyoman sukari ]
hanya waktu
yang diberkati memilih hari
karena kami tak lagi mengerti
rahasia setetes air mata
merintih jiwa berselimut mantra
bertahanlah, atau harus terhenti
di antara keabadian segelas warna
yang membeku dalam yoni bidadari
hanya tutur
yang jujur meminang senyum
karena air tak lagi memiliki rasa
seperti yang selalu kau ucapkan
ruas jemarimu semakin merenta
menatah kanvas berwajah rajah
kaulah yang mengerti dengan raga
yang terbujur memetik tutur
( diam memancarkan pandang
seperti hendak mendalang,
melihat bayanganmu dalamkearifan
ksatria arjuna,memaknai titah
shri krishna )
hanya gambar
yang membantu merafal kidungmu
menjadi pesan keabadian
saat kau diberkati memilih hari
2010
instagram
skype
youtube
twitter
facebook
Balinese Script